Sementara itu, Menteri Perdagangan, Budi Santoso, menyatakan bahwa tingginya harga kelapa bulat di pasar ekspor saat ini membuat para petani lebih memilih untuk mengekspor komoditas tersebut dalam bentuk mentah. Ia menjelaskan bahwa harga kelapa untuk ekspor lebih tinggi dibandingkan dengan harga di dalam negeri. “Kelapa bulat ini ketika diekspor harganya tinggi. Ketika di dalam negeri harganya murah. Otomatis petani memilih ekspor,” ungkap Budi saat ditemui di Kantor Kementerian Perdagangan di Jakarta pada Selasa, 20 Mei 2025.
Kondisi ini telah meningkatkan volume ekspor kelapa, terutama ke negara seperti Cina, di mana kelapa mentah sering kali diolah menjadi berbagai produk seperti santan atau susu campuran untuk kopi. Permintaan dari Cina untuk produk olahan kelapa ini sudah mengalami lonjakan, yang membuat pasar semakin menggiurkan bagi para petani dan pengusaha di Indonesia.
Namun, Budi juga menunjukkan adanya keprihatinan mengenai ketersediaan stok kelapa untuk kebutuhan industri dalam negeri. Untuk menyikapi permasalahan ini, pemerintah tengah mempersiapkan kebijakan pungutan ekspor (PE) yang direncanakan akan dibahas dalam waktu dekat. “Kami rencanakan akan mengambil keputusan mengenai pungutan ekspor dalam pekan ini,” ujarnya.