“Banyak kota meniru TransJakarta tanpa menyesuaikan dengan kondisi lokal,” ujar Ir. Mahmud Farhan, pakar transportasi dari ITS.
Kurangnya Sosialisasi dan Infrastruktur Pendukung
Warga yang tinggal di pinggiran kota kecil seringkali tidak mengetahui keberadaan atau rute bus Trans. Bahkan, halte yang dibangun dibiarkan rusak atau tidak difungsikan dengan baik. Akses ke halte juga tidak ramah pejalan kaki atau pesepeda.
Dampak: Ketergantungan pada Kendaraan Pribadi Tak Kunjung Berkurang
Kegagalan optimalisasi BRT di daerah membuat ketergantungan terhadap sepeda motor dan mobil pribadi tetap tinggi. Ini berdampak pada kemacetan dan polusi udara yang terus meningkat, bahkan di kota kecil yang dulu relatif lengang.
Solusi: Perlu Desain Transportasi yang Berbasis Kebutuhan Warga
Perlu pendekatan baru yang berbasis pada riset mobilitas warga lokal, bukan hanya menyalin model dari ibu kota. Selain itu, kolaborasi dengan ojek daring, penguatan rute feeder, dan digitalisasi rute dapat meningkatkan minat warga untuk beralih ke transportasi publik.