Tampang.com | Dalam beberapa tahun terakhir, wajah kota-kota besar di Indonesia makin didominasi oleh deretan mal, apartemen mewah, dan superblok. Sementara itu, kampung-kampung kota yang sudah puluhan tahun berdiri mulai tergusur. Di balik euforia modernisasi, muncul pertanyaan serius: untuk siapa sebenarnya kota dibangun?
Pembangunan Masif, Tapi Tak Merata
Pemerintah daerah kerap beralasan bahwa pembangunan mal dan superblok membawa investasi dan menyerap tenaga kerja. Namun, studi urban planning menunjukkan bahwa pembangunan seperti ini cenderung memperbesar ketimpangan ruang dan ekonomi.
“Superblok memang terlihat megah, tapi mengorbankan ruang terbuka hijau dan mempersempit akses warga kelas bawah ke fasilitas publik,” kata Rizal Satria, pakar tata kota dari UGM.
Ia menambahkan bahwa pembangunan kerap hanya mempertimbangkan nilai ekonomi, tanpa memperhatikan dampak sosial dan ekologis terhadap warga sekitar.
Gentrifikasi dan Penggusuran Diam-Diam
Warga di daerah padat seperti Jakarta Selatan, Bandung, dan Surabaya mulai merasakan dampak nyata dari proyek-proyek besar. Banyak yang digusur secara halus, lewat pengosongan lahan, penghapusan izin usaha, atau intimidasi tidak langsung dari pengembang.