Salah satu pelamar CPNS, Natalis Yero, mengungkapkan kronologi peristiwa tersebut dan menyatakan bahwa aksi kerusuhan dipicu oleh kekecewaan massa atas hasil seleksi CPNS yang dinilai tidak transparan dan tidak memihak kepada orang asli Papua. Natalis juga menyoroti ketidaksesuaian dalam penilaian hasil tes CPNS antara pelamar lulusan SMA dan sarjana di Papua Selatan.
Kekecewaan tersebut juga disuarakan oleh pelamar CPNS lainnya, Maksi Tokiyo, yang merasa bahwa hasil seleksi tidak adil bagi orang asli Papua, terutama warga Mappi. Menurut Maksi, ada sarjana yang mendapatkan kuota CPNS bukan dari Mappi, melainkan dari luar daerah.
Dalam aksinya, massa juga menuntut pertanggungjawaban dari kepala daerah karena hasil seleksi CPNS dinilai merugikan orang asli Papua. Mereka mengancam akan melakukan aksi protes yang lebih besar jika tidak dapat bertemu dengan penjabat bupati dan diberi penjelasan secara transparan. Ancaman tersebut termasuk kemungkinan membakar Bandara Kepi Kabupaten Mappi.