Rentetan bencana alam seperti banjir bandang dan tanah longsor dilaporkan terjadi sepanjang Desember 2024 hingga Februari 2025, menghancurkan rumah warga, sawah, jembatan, hingga sekolah. Bahkan sejak 2012, Pulau Sumbawa terus dilanda bencana hidrometeorologi hampir setiap tahun.
Solusi Ekonomi dan Ekologi Harus Sejalan
Krisis lingkungan di Pulau Sumbawa menjadi bukti nyata bahwa kerusakan hutan membawa dampak serius bagi kehidupan masyarakat. Pendekatan larangan saja tak cukup. Solusi berbasis ekonomi seperti menanam sengon secara tumpangsari bisa menjadi jalan tengah yang menjaga keseimbangan antara kebutuhan ekonomi masyarakat dan kelestarian lingkungan.
Kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta sangat dibutuhkan untuk menyelamatkan hutan Sumbawa dari kerusakan yang lebih parah.