Tampaknya, pernyataan tersebut sangat sederhana, tetapi mengandung makna yang dalam. Nick tidak sekadar datang untuk bermain sepakbola, melainkan juga untuk berinteraksi dengan budaya lokal, beradaptasi, dan menjadikan Bandung sebagai rumah kedua baginya.
Oleh karena itu, tidak heran jika suatu saat di Maastricht, atau di kota lain tempat ia melanjutkan karier, aroma bala-bala buatan tangannya sendiri akan tercium. Meskipun fisiknya telah meninggalkan Bandung, kota ini akan selalu menyisakan kenangan yang tidak bisa ia lupakan. Kelak, saat ia membuat bala-bala, itu adalah bukti nyata bahwa Bandung akan selalu ada di hatinya.