Lukisan tersebut dipenuhi dengan warna merah dan biru yang mengisyaratkan kesedihan, serta latar belakang kelabu yang melambangkan suasana kelam. Di dalamnya, terdapat gambaran seperti kepulan asap atau dentuman rudal, mempertegas kesan tragedi yang ingin ditampilkan. Melalui penggambaran ini, SBY berperan ganda sebagai seorang negarawan sekaligus seniman yang menunjukkan kepeduliannya terhadap penderitaan yang dialami akibat perang, terutama di kawasan Timur Tengah yang masih bergolak hingga kini.
“Secara keseluruhan, lukisan SBY menyediakan sebuah komposisi visual yang kaya akan simbol-simbol, mengaitkan berbagai elemen yang mengundang emosi penontonnya. Imej reruntuhan gedung dan ledakan misil menciptakan atmosfer memunculkan rasa kengerian,” papar Bambang lebih lanjut. Ia juga menyampaikan bahwa elemen teks dan gambar dalam lukisan tersebut saling melengkapi dan menguatkan pesan yang terkandung di dalamnya. “Gambaran puing-puing kota merefleksikan pesan yang jelas: STOP WAR! Dan secara simbolis mengarah pada bendera dengan logo PBB,” tambahnya.
Sejak 2022, SBY telah beberapa kali mengedepankan tema perang serta refleksi tentang keadilan dan nilai-nilai kemanusiaan, menciptakan karya-karya yang menarik perhatian dan menggugah pemikiran masyarakat. Melalui lukisan-lukisannya, SBY tidak hanya mengungkapkan jiwa seniman, tetapi juga kepedulian mendalam terhadap kondisi sosial dan kemanusiaan yang ada di sekelilingnya, mengajak kita semua untuk merenungkan makna di balik setiap goresan kuasnya.