Peserta diskusi People Water Forum (PWF) atau Forum Air untuk Rakyat Bali menyoroti sejumlah isu yang menjadi perhatian mereka sebelum acara tersebut dibubarkan oleh ormas di Bali. Salah satunya adalah Titin Sumiati, seorang ibu rumah tangga, yang menjadi peserta diskusi PWF. Dia mengungkapkan kesulitan dalam mendapatkan akses air bersih di tempat tinggalnya, yakni Pademangan Jakarta Utara.
Terkait isu tersebut, Titin Sumiati mengatakan bahwa sulitnya mendapatkan air bersih di tempat tinggalnya juga berdampak pada kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT). Dia menyoroti bagaimana kesulitan air dapat memengaruhi kegiatan sehari-hari, seperti mandi, beribadah, atau kebutuhan sehari-hari lainnya. Harga air bersih yang mahal, kualitas air yang tidak layak, dan kendala lainnya juga diungkapkan oleh Titin, menunjukkan betapa sulitnya situasi yang dihadapi oleh masyarakat di wilayah tersebut.
Hal yang sama juga disampaikan oleh Djoko Puwanto, seorang peserta lain dari pegunungan Kendeng Utara, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah. Dia mengungkapkan ancaman terhadap ketersediaan air bersih di daerahnya akibat pengembangan industri, seperti tambang dan pabrik semen. Upaya hukum yang dilakukannya tidak mampu menghentikan kegiatan tersebut, sehingga ia merasa perlu berkomunikasi dan berjejaring dengan pihak terkait untuk mencari solusi atas permasalahan tersebut.
Namun, perjuangan para peserta ini terhenti ketika aksi pembubaran diskusi dilakukan oleh salah satu organisasi masyarakat (ormas) di Bali. Massa yang diduga berafiliasi dengan ormas tersebut bahkan mengusir beberapa pemateri dan pembicara yang dijadwalkan mengikuti forum tersebut. Mereka juga menghalangi masuknya Pedro Arrojo Agudo, seorang Pelapor khusus PBB untuk hak atas air dan sanitasi, ke dalam hotel tempat acara tersebut berlangsung.