Presiden China, Xi Jinping, secara luas dianggap telah memandang negara tetangga di utara China itu sebagai mitra penting dalam melawan tatanan dunia yang dia anggap telah didominasi secara tidak adil oleh Barat, dan tidak ingin Rusia menderita kekalahan besar.
Ada dua alasan mengapa para pemimpin China memutuskan untuk bertemu Kuleba saat ini. Pertama untuk menunjukkan bahwa mereka berusaha "mendorong perdamaian" di tengah kritik Barat terhadap hubungan Beijing dengan Rusia. Kedua, terkait dengan pemilihan umum AS pada November mendatang. Menurut pengamat, Kyiv mewaspadai pemilu AS yang bisa mengakibatkan penurunan dukungan AS terhadap pertahanan Ukraina jika kandidat Partai Republik, Donald Trump, menang.
Global Times, media yang berafiliasi dengan pemerintah China, juga menyoroti komentar para pakar yang menyatakan bahwa Ukraina mungkin mulai menyadari upaya untuk mengisolasi Rusia secara internasional telah gagal. Karena, negara-negara seperti India dan Brasil, keduanya merupakan negara penting di Global South, tidak mendukung sebuah komunike yang merupakan hasil pertemuan perdamaian yang didukung Ukraina pada Juni lalu, yang tidak melibatkan Rusia. Beijing mengatakan, pertemuan semacam itu harus mencakup Kyiv dan Moskwa.
Sementara upaya untuk menjadi platform rekonsiliasi Palestina terjadi bersamaan dengan upaya China menampilkan diri sebagai pemimpin bagi suara-suara dari Global South dalam mendukung pembentukan negara Palestina dan mengecam perang Israel serta dampak kemanusiaan yang sangat besar, sambil mengkritik dukungan AS terhadap Israel.
Wang mengatakan, perundingan rekonsiliasi antara faksi-faksi Palestina pada Selasa lalu berakhir dengan kesepakatan "tentang pemerintahan pasca-perang Gaza dan pembentukan pemerintahan rekonsiliasi nasional sementara."