Suaeb, yang juga pernah menjadi anggota Dewan Kesenian Jakarta periode 2020–2023, menekankan pentingnya keterlibatan budayawan dalam memanfaatkan platform digital. Dengan begitu, rebab tidak hanya dikenal di ruang-ruang pertunjukan lokal, tapi juga bisa menembus audiens global. Generasi muda diharapkan bisa belajar dan memahami sejarah rebab, apalagi alat musik ini merupakan salah satu cikal bakal biola modern.
Secara historis, rebab berakar dari alat musik Timur Tengah bernama rababah yang diciptakan oleh Ar Razi pada abad ke-8. Dari sana, instrumen gesek ini menyebar ke berbagai belahan dunia, mengalami transformasi hingga melahirkan bentuk-bentuk baru seperti cello dan biola di Eropa. Di Indonesia, salah satu wujud lokalnya hadir dalam bentuk Rebab Betawi, yang hingga kini tetap menjadi bagian penting dari kesenian tradisional masyarakat Jakarta.