Dampak Krisis Iklim terhadap Kesehatan dan Ekosistem
Perubahan suhu dan pola cuaca ekstrem berdampak besar terhadap berbagai sektor kehidupan, termasuk ekosistem, ketahanan pangan, dan kesehatan masyarakat. Dwikorita menyebutkan bahwa dampak kesehatan yang ditimbulkan antara lain berupa peningkatan penyakit menular, gangguan kesehatan mental, serta risiko malnutrisi. Penyakit berbasis air dan makanan, seperti kolera dan salmonella, serta penyakit akibat gigitan serangga, seperti demam berdarah, semakin meningkat seiring dengan perubahan iklim.
Sistem Peringatan Dini dengan Kecerdasan Buatan
Untuk menghadapinya, BMKG telah mengembangkan sistem peringatan dini multi-bahaya berbasis kecerdasan buatan (AI). Teknologi ini tidak hanya dapat mendeteksi potensi bencana alam seperti gempa dan tsunami, tetapi juga mampu memprediksi lonjakan penyakit yang dipicu oleh perubahan iklim. “Dengan teknologi saat ini, BMKG bisa memprediksi musim hingga enam bulan ke depan dengan akurasi 85 persen,” kata Dwikorita, menambahkan bahwa dengan bantuan AI, prediksi tersebut bisa lebih akurat hingga skala kota, kabupaten, atau bahkan desa.
Menghadapi Musim Kemarau dan Polusi Udara
Dwikorita juga mengingatkan bahwa Indonesia tengah bersiap memasuki musim kemarau, yang biasanya disertai peningkatan suhu dan penurunan kualitas udara. Peningkatan kekeringan dan polusi udara dari partikel halus PM 2.5 menjadi ancaman nyata akibat minimnya curah hujan dan stagnasi pergerakan angin.