Selain Amerika Serikat, Inggris juga menunjukkan komitmennya terhadap Ukraina. Perdana Menteri Inggris, Rishi Sunak, mengumumkan komitmen "yang mencapai rekor tertinggi" dalam bantuan kepada Kyiv. Sementara itu, Jerman dan Belanda juga telah menyatakan dukungan mereka dengan memberikan bantuan senjata dan amunisi.
Situasi Ukraina semakin memburuk ketika pasukan militer utama Ukraina mengumumkan bahwa mereka telah mundur dari tiga desa di timur, tempat pasukan Rusia melakukan serangan yang memaksa Ukraina untuk mengalah. Zelenskiy mengkritik kekurangan pasokan amunisi sebagai alasan dari kekalahan wilayah tersebut. Dia juga memperingatkan bahwa Rusia sedang mempersiapkan tindakan ofensif, dan perang besar-besaran dapat terjadi pada akhir Mei atau Juni.
Meskipun demikian, Stoltenberg menekankan bahwa belum terlambat bagi Ukraina untuk memenangkan perang ini. Namun, untuk itu, dukungan NATO harus terealisasi lebih cepat. Zelenskiy menyoroti perlunya pasokan sistem pertahanan udara Patriot yang canggih untuk melawan serangan rudal dan drone jarak jauh Rusia.
Rusia kembali melakukan serangan udara jarak jauh terhadap sektor energi Ukraina pada bulan Maret, yang menimbulkan kerusakan besar. Hal ini membuat Kyiv semakin gencar melobi sekutunya untuk segera menggunakan pertahanan udara guna melindungi kota-kota dan infrastruktur penting mereka dengan lebih baik. Sementara itu, Kyiv juga telah mencapai kemajuan dalam memperoleh pasokan rudal untuk sistem Patriot, namun pihaknya masih berupaya mendapatkan peluncur baru yang dapat menusukannya.