Menyikapi hal ini, juru bicara Perdana Menteri Inggris, Keir Starmer, menolak untuk memberikan komentar lebih lanjut terkait serangan tersebut.
Sebelumnya, Inggris telah memberikan izin kepada Ukraina untuk menggunakan rudal Storm Shadow di wilayah mereka. Pemerintah Ukraina telah mendesak mitra Barat untuk memberikan izin penggunaan senjata tersebut guna menyerang target jauh di dalam Rusia. Mereka juga telah memperoleh izin dari Presiden AS Joe Biden untuk menggunakan rudal ATACMS dua bulan sebelum kepergian Biden dari jabatannya.
Seiring meningkatnya ketegangan akibat penggunaan rudal oleh Ukraina, Amerika Serikat menutup kedutaan besarnya di Kyiv sebagai langkah pencegahan atas ancaman serangan udara yang signifikan. Meskipun demikian, dikabarkan bahwa kedutaan akan dibuka kembali pada hari Kamis.
Pada hari yang sama, Pentagon juga mengumumkan bantuan militer sebesar USD275 juta untuk Ukraina, yang mencakup amunisi untuk sistem roket HIMARS. Langkah ini diambil sebagai upaya pemerintahan Biden untuk mendukung Ukraina sebelum mereka meninggalkan jabatan. Selain itu, pemerintah AS juga berencana untuk menghapus pinjaman sebesar USD4,7 miliar untuk Ukraina.
Sementara itu, Kepala intelijen luar negeri Rusia, Sergei Naryshkin, menyatakan bahwa Moskow akan memberikan balasan kepada negara-negara NATO yang memfasilitasi serangan rudal jarak jauh Ukraina terhadap wilayah Rusia.
Situasi perang di Ukraina semakin tidak stabil dengan hampir seperlima wilayah Ukraina berada di tangan Rusia. Selain itu, pasukan Korea Utara juga telah dikerahkan di wilayah Kursk, Rusia, menimbulkan keraguan atas masa depan bantuan dari Barat di bawah kepemimpinan Trump, yang saat itu dinilai skeptis terhadap dukungan untuk Ukraina.