Pemerintahan AS, meskipun telah menghadapi kritik yang semakin meningkat dari para pembela hak asasi manusia atas persenjataan tanpa syaratnya terhadap Israel, telah menyetujui pelepasan bom seberat 500 pon yang merupakan bagian dari pengiriman yang sama ke Israel. Ini membuat AS menghentikan satu pengiriman bom 2.000 pon lain ke Israel awal tahun ini karena kekhawatiran tentang penggunaannya di daerah padat penduduk di Gaza.
Kementerian Pertahanan Israel juga mengungkapkan bahwa pihaknya telah mengamankan paket bantuan militer AS senilai US$8,7 miliar, persis beberapa hari setelah melancarkan serangan besar-besaran yang menewaskan ratusan orang di Lebanon selatan dan Beirut serta menyebabkan ratusan ribu warga sipil mengungsi.
Pada Kamis lalu, Pentagon mengumumkan peningkatan kesiapan pasukan tambahan AS untuk dikerahkan ke Timur Tengah, mengikuti permintaan dari Presiden Biden. Mereka menyatakan bahwa Amerika Serikat mempertahankan kemampuan untuk mengerahkan pasukan dalam waktu singkat dan terus mempertahankan sejumlah besar kemampuan di kawasan tersebut.
Serangan ini menimbulkan keprihatinan besar terkait dampaknya terhadap keamanan dan kemanusiaan di wilayah tersebut. Dengan adanya penggunaan bom berat dan perangkat pemandu yang canggih, terutama dalam daerah padat penduduk, risiko kerugian warga sipil dan infrastruktur perlu diperhitungkan dengan seksama. Selain itu, kebijakan persenjataan yang tidak mendukung perdamaian di kawasan tersebut juga memperparah ketegangan dan konflik yang sedang berlangsung.