Hubungan antara keduanya memang telah berjalan dekat sejak tahun lalu. Elon Musk bahkan disebut-sebut telah menyumbangkan hampir 300 juta dolar AS untuk mendukung kampanye kepresidenan Trump. Tak lama setelah itu, ia ditunjuk untuk memimpin DOGE dan menjadi ikon dari program reformasi birokrasi Gedung Putih, meskipun beberapa pihak menilai peran tersebut lebih simbolis daripada substansial.
Keputusan Musk untuk mundur dari pemerintahan diumumkan pada akhir Mei lalu. Ia menyebut bahwa masa tugasnya memang sudah berakhir sesuai jadwal. Pada konferensi pers terakhirnya tanggal 30 Mei, Musk berdiri di samping Trump ketika mantan presiden itu menyebutnya sebagai “salah satu inovator terbesar yang pernah dimiliki dunia.”
Namun hanya dalam hitungan hari, hubungan itu runtuh—meski kini tampaknya mulai dicoba untuk dijalin ulang dengan hati-hati.
Akhir Cerita atau Awal Babak Baru?
Kisah tarik ulur antara Elon Musk dan Donald Trump menjadi gambaran bagaimana hubungan politik bisa berubah drastis, bahkan di kalangan elite. Dari sekutu menjadi pengkritik, lalu menunjukkan tanda-tanda rekonsiliasi, keduanya mungkin belum menutup buku sepenuhnya.
Pertanyaannya kini: apakah ini akhir dari ketegangan, atau sekadar awal dari babak politik baru yang lebih kompleks?