Selain di Uni Emirat Arab, beberapa negara lain juga menerapkan kebijakan serupa selama bulan Ramadan. Di negara-negara dengan populasi Muslim yang besar, seperti Indonesia, Malaysia, dan Turki, sering kali jam kerja juga disesuaikan untuk menghormati bulan suci ini. Misalnya, di Indonesia, perusahaan-perusahaan banyak yang memberikan fleksibilitas bagi karyawan untuk pulang lebih awal, sehingga mereka memiliki waktu lebih untuk berbuka puasa bersama keluarga.
Fenomena mengurangi jam kerja di bulan Ramadan juga memiliki dampak positif bagi kesejahteraan mental dan fisik karyawan. Dengan mengurangi beban kerja, karyawan dapat lebih mudah beradaptasi dengan tuntutan puasa, serta memfokuskan energi mereka pada ibadah dan aktivitas sosial di lingkungan sekitar. Penelitian menunjukkan bahwa fleksibilitas dalam jam kerja selama bulan puasa mampu meningkatkan kepuasan karyawan dan menjaga semangat kerja yang baik.
Ramadan 2025 diperkirakan akan dimulai pada Sabtu, 1 Maret, menurut prediksi berbagai observatorium astronomi. Banyak perusahaan yang sudah mulai merencanakan strategi dan kebijakan untuk menyongsong bulan suci ini, termasuk penyesuaian jam kerja dan program-program sosial yang melibatkan karyawan. Beberapa perusahaan bahkan menggagas program penyelenggaraan bazaar Ramadan, di mana karyawan dapat berpartisipasi dalam kegiatan sosial dan berbagi dengan mereka yang kurang beruntung.
Penerapan jam kerja yang lebih pendek selama Ramadan juga memberikan peluang bagi perusahaan untuk melakukan penilaian terhadap produktivitas karyawan. Dengan waktu kerja yang lebih singkat, perusahaan dapat mendorong karyawan untuk tetap menghasilkan output yang berkualitas dalam waktu yang terbatas. Ini menjadi tantangan tersendiri bagi manajemen untuk menciptakan lingkungan kerja yang produktif dan harmonis, di mana karyawan merasa diperhatikan dan dihargai oleh perusahaan.