2. Malaysia sebagai Pendukung Palestina
Malaysia, yang merupakan negara mayoritas Muslim, telah lama menjadi pendukung setia Palestina dan kerap mengkritik tindakan Israel dalam konflik, terutama dalam perang Gaza yang sudah menewaskan lebih dari 32 ribu korban jiwa sejak 7 Oktober.
Negara itu juga tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Israel. Pada bulan Desember, Malaysia menerapkan larangan berlabuh bagi kapal-kapal Israel untuk memasuki wilayahnya setelah invasi darat Israel ke Gaza.
Dalam kunjungannya ke Jerman baru-baru ini, Perdana Menteri Ibrahim menyoroti hipokrisi negara-negara Barat dalam menangani konflik di Timur Tengah. Beliau juga menegaskan bahwa Malaysia tidak akan mengubah pendiriannya, terutama dalam mengenai Hamas. Malaysia mempertahankan bahwa Hamas bukanlah kelompok teroris dan hal ini didasari oleh alasan kemanusiaan serta karena Malaysia melihat pendudukan Israel di Gaza sebagai tindakan ilegal menurut hukum dan norma internasional.
3. Kemungkinan Tersangka sebagai Mata-mata Israel Tidak Boleh Diabaikan
Menurut Muhammad Danial Azman, seorang dosen senior di Institut Internasional Kebijakan dan Manajemen Publik Universitas Malaya, kemungkinan tersangka sebagai mata-mata Israel tidak boleh diabaikan.
Azman mengatakan, "Mengasumsikan bahwa polisi langsung mengambil kesimpulan saja tidaklah akurat. Otoritas penegakan keamanan bertindak bukan tanpa alasan, tetapi kemungkinan besar berdasarkan informasi intelijen yang terus menerus."
Menurut Azman, ada hubungan yang masuk akal antara aktivitas tersangka dan dukungan Malaysia terhadap perjuangan Palestina. Azman juga mengingatkan bahwa pada tahun 2018, ilmuan Palestina, Fadi Mohammad al-Batsh, ditembak mati di Kuala Lumpur oleh dua pria tak dikenal. Keluarganya dan kelompok Palestina Hamas mengklaim pembunuhan itu dilakukan oleh dinas intelijen Israel, Mossad, namun, Tel Aviv membantah tuduhan tersebut.