Pasukan paramiliter Pasukan Dukungan Cepat (RSF) telah mengakui bahwa mereka adalah pihak yang menembak jatuh pesawat buatan Rusia tersebut. Pada saat pengakuan ini dilakukan pada Senin, 21 Oktober 2024, RSF menyebut pesawat tersebut sebagai Antonov dan mengklaim bahwa pesawat itu diterbangkan oleh kru asal Mesir. Bahkan, RSF juga bersikeras bahwa Mesir memberikan bantuan militer kepada pasukan pemerintah Sudan dan mengebom warga sipil.
Namun, Mesir membantah segala tuduhan dari RSF terkait keterlibatannya dalam konflik tersebut. RSF juga mengklaim telah berhasil menemukan kotak hitam pesawat dan menyita dokumen yang terkait dengan misi pesawat tersebut. Sementara sumber pejabat militer Sudan menyatakan bahwa pesawat tersebut sedang dalam misi pengiriman peralatan dan obat-obatan ke Kota El Fasher, yang saat itu tengah dilanda konflik.
Perang saudara di Sudan telah memasuki fase yang semakin mengkhawatirkan sejak April 2023, yang kemudian memunculkan salah satu krisis kemanusiaan tersulit di dunia menurut PBB. Banyak perkiraan yang mengungkapkan bahwa sedikitnya 150.000 orang tewas sejak konflik dimulai setahun lalu. Lebih dari 10 juta orang, atau sekitar 20 persen dari total populasi Sudan, terpaksa mengungsi karena dampak perang yang melanda negara tersebut.