Selain itu, negara-negara Arab sering kali menjadi mediator dalam negosiasi antara berbagai pihak yang terlibat dalam konflik, termasuk antara pemerintah Irak dan kelompok-kelompok minoritas yang terkena dampak ISIS. Dukungan diplomatik ini penting untuk menciptakan solusi jangka panjang yang berkelanjutan.
3. Penguatan Keamanan Internal dan Pencegahan Ekstremisme
Negara-negara Arab juga fokus pada penguatan keamanan internal dan pencegahan ekstremisme. Banyak negara, termasuk Jordan dan Tunisia, telah meningkatkan langkah-langkah keamanan di dalam negeri untuk mencegah radikalisasi dan perekrutan oleh ISIS. Mereka telah memperkuat kontrol perbatasan, memperketat pengawasan terhadap kegiatan ekstremis, dan meluncurkan kampanye deradikalisasi.
Tunisia, misalnya, menghadapi tantangan besar dalam menangani radikalisasi di kalangan pemuda. Negara ini melaksanakan program-program pendidikan dan sosial untuk mengurangi daya tarik ideologi ekstremis. Program-program ini dirancang untuk menawarkan alternatif positif bagi individu yang berisiko terpengaruh oleh propaganda ISIS.
4. Bantuan Kemanusiaan dan Rekonstruksi
Selain upaya militer dan keamanan, negara-negara Arab juga terlibat dalam bantuan kemanusiaan dan rekonstruksi di wilayah yang terkena dampak ISIS. Negara-negara seperti Kuwait dan Uni Emirat Arab telah memberikan bantuan finansial untuk membantu rehabilitasi dan rekonstruksi kota-kota yang hancur akibat pertempuran melawan ISIS. Bantuan ini mencakup pembangunan kembali infrastruktur, penyediaan layanan kesehatan, dan bantuan kepada pengungsi.
Upaya rekonstruksi ini penting untuk memastikan bahwa wilayah yang pernah dikuasai oleh ISIS dapat pulih dan berkembang kembali. Bantuan ini juga membantu mencegah kembalinya kekacauan dan memberikan kesempatan bagi masyarakat lokal untuk memulai kembali kehidupan mereka.