Sejarah mencatat bahwa sebelum pecahnya Perang Korea, Korea Utara sebenarnya memiliki populasi yang mayoritas menganut agama Kristen. Bahkan, wilayah ini dikenal sebagai "Jerusalem di Timur" karena prevalensi agama Kristen di sana.
Meskipun kondisinya berbeda sekarang, Kang Jimin meyakini bahwa sebagian warga Korea Utara masih diam-diam memeluk agama Kristen, meskipun risiko yang dihadapi sangat besar.
Ia bahkan menyebutkan sebuah contoh di mana keluarga Kristen yang tertangkap pihak berwajib akhirnya meninggal dunia, termasuk anak-anak yang masih sangat belia.
Meskipun demikian, terdapat beberapa fasilitas keagamaan di Korea Utara yang didukung dan dikendalikan langsung oleh pemerintah. Namun, bentuk dan tujuan dari fasilitas keagamaan ini sangat berbeda dengan gereja-gereja pada umumnya.
Menurut Pusat Database Hak Asasi Manusia Korea Utara (NKDB), terdapat sekitar 121 fasilitas keagamaan di negara ini, termasuk kuil Budda, kuil Cheondoist, dan gereja-gereja Kristen yang dikendalikan oleh negara.
Namun, fasilitas ini tidak diperuntukkan bagi warga negara biasa, melainkan seringkali dijadikan sebagai tempat kunjungan untuk para wisatawan.