Teishu kemudian mengundang tamu masuk ke chashitsu, di mana mereka akan duduk di atas tatami (alas tikar tradisional Jepang). Tamu pertama, yang disebut shokyaku, memiliki peran khusus sebagai wakil tamu dan berinteraksi langsung dengan teishu.
Selanjutnya, teh hijau bubuk, atau matcha, diaduk dengan air panas menggunakan chasen hingga terbentuk busa halus. Teishu akan menyajikan teh pertama kepada shokyaku, yang kemudian memutar chawan sebelum minum sebagai tanda penghormatan. Chawan kemudian diteruskan ke tamu berikutnya, dan proses ini diulang hingga semua tamu mendapatkan teh.
Makna dan Filosofi di Balik Upacara Minum Teh
Upacara minum teh tidak hanya tentang menikmati teh, tetapi juga tentang mencapai keharmonisan, ketenangan, dan kesadaran penuh dalam setiap momen. Prinsip-prinsip wa-kei-sei-jaku (harmoni, penghormatan, kemurnian, dan ketenangan) menjadi landasan dalam setiap upacara teh. Harmoni tercermin dalam hubungan antara tuan rumah dan tamu, penghormatan dalam sikap dan gerakan, kemurnian dalam kebersihan peralatan dan ruangan, serta ketenangan dalam atmosfer yang tercipta.
Upacara teh juga mengajarkan kita untuk menghargai keindahan dalam kesederhanaan dan ketidaksempurnaan, seperti yang tercermin dalam prinsip wabi-sabi. Setiap elemen upacara, dari chawan yang mungkin memiliki retakan halus hingga ruang teh yang sederhana, mengingatkan kita untuk menemukan keindahan dalam hal-hal yang tampak tidak sempurna dan sementara.