Gelombang panas ekstrem ini terjadi di tengah-tengah Pemilu nasional di mana suhu tinggi dianggap sebagai salah satu faktor yang menyebabkan menurunnya partisipasi pemilih.
Aditya Valiathan Pillai, salah satu penulis studi CPR dan partner di Sustainable Futures Collaborative, menyatakan bahwa penanganan panas ekstrem gagal menjadi pendorong bagi pemerintah untuk bertindak. Ia juga menyoroti kurangnya kejelasan data terkait jumlah korban akibat panas, "Ketika kematian terjadi, kita tidak yakin apakah hal tersebut secara langsung disebabkan oleh panas, atau apakah panas memperparah kondisi yang sudah ada," jelasnya.
Data dari Kementerian Kesehatan India mencatat bahwa pada tahun 2022, terdapat 33 orang yang meninggal akibat gelombang panas. Sementara itu, Biro Catatan Kejahatan Nasional melaporkan bahwa sebanyak 730 kematian terkait dengan sengatan panas.
Meskipun demikian, angka kematian tersebut kemungkinan besar jauh di bawah angka sebenarnya. Data dari departemen meteorologi menyebutkan bahwa 9 orang telah meninggal akibat cuaca panas ekstrem tahun ini, namun angka tersebut kemungkinan besar lebih rendah dari jumlah sebenarnya. Angka ini menyusul sekitar 110 korban jiwa selama gelombang panas yang parah pada bulan April dan Juni tahun lalu.
Di Rumah Sakit SSKM, salah satu rumah sakit tersibuk di Kolkata, terlihat antrean panjang dari orang-orang yang mencari tempat berteduh di bawah payung warna-warni. Mereka juga mengerumuni dispenser air yang dipasang pemerintah untuk mengisi ulang botol-botol air minum mereka. Ruangan tunggu rumah sakit ini dipadati oleh masyarakat yang mencoba menghindari dampak panas ekstrem.
Profesor kedokteran SSKM Niladri Sarkar mengungkapkan bahwa suhu tinggi dapat menyebabkan sengatan panas, ruam kulit, kram, hingga dehidrasi. Ia juga menyoroti bahwa suhu ekstrem memiliki dampak yang sangat besar terhadap penduduk miskin yang tidak hanya mengalami kekurangan gizi, tetapi juga tidak memiliki akses terhadap air minum bersih serta terpaksa bekerja di luar ruangan.
Pada tempat lain di kota ini, para penjual teh berpanas-panasan dengan oven berbahan bakar batu bara yang mendidih, para pekerja konstruksi bekerja keras di bawah terik matahari tengah hari, dan para pemilih yang menghadiri rapat umum untuk pemilihan umum nasional menyampirkan saputangan di wajah mereka untuk menjaga suhu tubuh mereka agar tetap sejuk.