Tampang.com – Musim penghujan datang, tanda bahaya harus dinyalakan. Banyak wilayah di Kabupaten Madiun yang kembali terancam dari kepungan bencana banjir dan longsor. Seperti yang terjadi pada jalan penghubung Desa Doho–Dolopo. Bahu jalan itu ambrol dan mengancam tanggul sungai di bawahnya. Fondasi jembatan juga ambrol lantaran tak kuat menahan longsoran tanah.
Katimin, salah seorang warga, mengatakan bahwa sebelum ambrol, hujan deras sempat mengguyur desanya. Lantaran ada retakan di tanah tersebut, akhirnya air hujan masuk ke dalam retakan. Hingga jalan itu ambrol dan menimpa fondasi jembatan penghubung dua desa tersebut. ‘’Sebenarnya retakan ini sudah lama, sejak enam tahun lalu,’’ ungkapnya.
Namun, retakan itu dibiarkan begitu saja karena lebarnya memang hanya sekitar dua sentimeter. Baik mobil maupun truk masih bebas melintasi jalan tersebut. Padahal sangat berbahaya jika terus-menerus dilintasi kendaraan bertonase tinggi. Jika tanahnya longsor, fondasi jembatan bakal ikut ambrol. ‘’Sudah pernah ditutup, tapi dibuka lagi,’’ terangnya.
Diakui Katimin, keberadaan jalan tersebut sangatlah vital. Apalagi usia jembatan sudah mancik kisaran dua puluh tahunan. Jalan tersebut menjadi akses utama kedua warga desa Doho–Dolopo. Terutama bagi siswa di MTs yang tak jauh dari jembatan. Lantaran sudah ambrol dan terpaksa ditutup, warga harus melewati jalan lain. Setidaknya warga harus putar balik sejauh 1,5 hingga 2 kilometer. ‘’Ya, jauh,’’ cetusnya.
Bhabinsa Desa Doho Serda Kemisryanto mengatakan, jalan tersebut untuk sementara waktu memang harus ditutup. Jika tidak ditutup, longsorannya bakal semakin melebar dan mengancam jembatan di dekatnya. Otomatis bakal menutup sungai di bawahnya. Longsoran yang saat ini terjadi pun dianggap sudah sangat membahayakan. ‘’Kami koordinasikan dengan pemdes setempat, untuk sementara (jalan, Red) ditutup,’’ tegasnya.