Aksi bela Palestina kembali bergema di sekitar Kedubes Amerika Serikat, yang menjadi simbol ketidakpuasan terhadap kebijakan AS terkait Palestina. Acara yang diberi nama "All Eyes On Rafah" ini diselenggarakan untuk mengecam penindasan yang terjadi di wilayah Palestina serta untuk menuntut solusi yang adil bagi rakyat Palestina. Dengan dukungan dari berbagai elemen masyarakat, aksi ini diharapkan mampu menyuarakan aspirasi kepada pihak yang berwenang untuk memberikan perhatian lebih terhadap konflik yang terus berkecamuk di wilayah tersebut.
Sejak konflik Israel-Palestina kembali memanas beberapa waktu lalu, solidaritas terhadap rakyat Palestina semakin menguat. Aksi-aksi bela Palestina pun terus digelar di berbagai belahan dunia, termasuk di Indonesia. Dengan menggunakan berbagai kata kunci seperti "aksi" dan "bela Palestina", para peserta aksi serta aktivis masyarakat berupaya memberikan tekanan kepada pihak yang berwenang untuk mengambil tindakan nyata guna mengakhiri penindasan terhadap rakyat Palestina.
Kedubes Amerika Serikat menjadi sasaran aksi tersebut karena peran AS yang dianggap memiliki pengaruh besar dalam konflik Israel-Palestina. Sebagai salah satu negara adidaya, kebijakan luar negeri AS terhadap konflik tersebut dinilai memiliki dampak signifikan terhadap kehidupan rakyat Palestina. Aksi-aksi bela Palestina di depan Kedubes AS menjadi bentuk tekanan moral kepada AS untuk secara aktif memediasi penyelesaian konflik tersebut dengan lebih adil dan manusiawi.
Slogan "All Eyes On Rafah" dipilih sebagai bentuk pengingat akan krisis kemanusiaan yang terus berlangsung di Rafah, wilayah yang sering menjadi sasaran penyerangan dan blokade oleh pihak Israel. Melalui penyebaran informasi melalui kata kunci "bela Palestina", aksi ini diharapkan mampu menarik perhatian publik internasional terhadap situasi di Rafah, di mana rakyat Palestina terus menghadapi berbagai tantangan untuk menjalani kehidupan sehari-hari.
