Fenomena ini menandakan adanya kekhawatiran serius di kalangan peritel dan konsumen. Mereka berusaha mengamankan produk sebelum harganya melejit akibat beban tarif tambahan. Kecemasan ini menjadi sangat nyata karena banyak perangkat elektronik—termasuk laptop dan smartphone—masih sangat bergantung pada produksi di wilayah Asia, terutama China.
Vendor Besar Nikmati Lonjakan Pengiriman
Di tengah situasi yang tak menentu ini, beberapa produsen komputer justru mendapat angin segar. IDC melaporkan bahwa pengiriman produk dari Apple melonjak sebesar 14% pada kuartal pertama 2025 dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Asus juga mencatat pertumbuhan pengiriman lebih dari 11%. Sementara itu, dua raksasa PC global yaitu Lenovo dan HP diperkirakan mencatat pertumbuhan masing-masing sebesar 11% dan 6%.
Meski terdengar positif, lonjakan ini lebih banyak dipicu oleh kekhawatiran pasar daripada peningkatan konsumsi yang sehat. Banyak pembeli bertindak cepat karena takut harga melonjak tinggi jika pembelian ditunda. Ini bukan tren pertumbuhan organik, melainkan semacam "panic buying" berskala industri.
Pasar PC Bangkit dari Kelesuan Pandemi
Sektor PC sempat mengalami penurunan tajam setelah masa keemasan selama pandemi Covid-19, ketika kebutuhan perangkat kerja dan belajar dari rumah melonjak drastis. Setelah dua tahun berturut-turut mengalami penurunan, pasar PC pada tahun 2024 hanya mencatat kenaikan 1%—angka yang mencerminkan betapa stagnannya permintaan.
Namun, pertikaian tarif ini justru menjadi semacam “pemicu darurat” bagi pasar yang lesu. Vendor dan peritel mempercepat aktivitas mereka untuk mengantisipasi kemungkinan lonjakan harga dan hambatan distribusi.
Dampak Lebih Luas: Konsumen Ikut Terdampak
Penerapan tarif tinggi pada barang impor dari China tidak hanya memukul produsen dan peritel. Dampaknya paling terasa oleh konsumen akhir yang akan menghadapi kenaikan harga perangkat elektronik secara signifikan. Laptop, tablet, dan produk digital lainnya berpotensi mengalami lonjakan harga dalam waktu dekat. Hal ini bisa menjadi beban tambahan bagi masyarakat di tengah kondisi ekonomi yang belum sepenuhnya stabil.