Cadangan tembaga di wilayah Katanga memberikan kontribusi besar terhadap perekonomian Zambia dan Kongo, memberikan pembangunan infrastruktur serta lapangan kerja di sana. Menurut laporan sumber daya mineral di RD Kongo, terutama tembaga dan kobalt, bernilai sekira USD24 triliun.
Meskipun belum ada estimasi resmi terkait kebernilaian dari tembaga yang terungkap akibat runtuhnya gunung, diperkirakan bahwa jumlahnya bernilai setidaknya jutaan dolar. Namun, keberadaan kekayaan tambang ini juga menimbulkan kekhawatiran tersendiri.
Pertambangan tembaga dan kobalt skala besar di Kongo telah menyebabkan penggusuran paksa, pelanggaran hak asasi manusia, dan bahkan kekerasan seksual. Amnesty International dalam laporannya yang dirilis pada tanggal 12 September 2023 menyatakan keprihatinan atas hal ini. "Penggusuran paksa yang terjadi saat perusahaan berupaya memperluas proyek penambangan tembaga dan kobalt skala industri menghancurkan kehidupan dan harus dihentikan sekarang,” ungkap Agnès Callamard, Sekretaris Jenderal Amnesty International. Dia juga menambahkan bahwa masyarakat RD Kongo telah mengalami eksploitasi dan pelecehan yang signifikan selama era kolonial dan pascakolonial, dan hak-hak mereka masih dikorbankan saat kekayaan di sekitar mereka dirampas.