Israel sebelumnya hampir membunuh Sinwar pada Mei 2021 dan Desember 2023, tetapi upaya tersebut gagal. Direktorat Intelijen Militer Israel menyatakan pada September 2024, bahwa Sinwar mungkin tewas dalam serangan sebelumnya di Gaza, tetapi tidak ada bukti yang mendukung klaim tersebut selain hilangnya komunikasi.
Dampak dari kematian Sinwar terhadap perang Israel-Hamas masih belum jelas. Akan tetapi, perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menyatakan bahwa kematian Sinwar mungkin menandai "awal dari akhir" perang di Gaza. Kematian Sinwar bisa jadi mengubah dinamika konflik tersebut, dan Israel mungkin melihatnya sebagai kesempatan untuk menguatkan posisi mereka dalam konflik tersebut.
Selain itu, kematian pemimpin Hamas ini juga bisa memicu reaksi balasan dari pihak Hamas dan meningkatkan ketegangan antara Israel dan Palestina. Diperlukan analisis mendalam untuk memahami implikasi politik dan keamanan dari kematian Yahya Sinwar terhadap konflik Israel-Palestina. Hal ini juga dapat mempengaruhi dinamika politik di wilayah Timur Tengah secara lebih luas, dengan kemungkinan pergeseran kekuatan antara kelompok-kelompok lokal dan aktor-aktor regional.
Dari sisi diplomatik, reaksi internasional terhadap kematian Yahya Sinwar juga perlu diperhatikan. Bagaimana negara-negara Arab dan aktor-aktor internasional akan merespons kematian ini dapat mempengaruhi perkembangan konflik tersebut. Oleh karena itu, upaya diplomasi dan mediasi akan menjadi kunci dalam mengelola konsekuensi politik dan keamanan dari kematian salah satu pemimpin Hamas tersebut.