Beberapa analis menyebutkan bahwa keputusan tersebut mungkin merupakan strategi Netanyahu untuk menahan diri dari keterlibatan langsung dalam konflik yang dapat memicu reaksi keras dari pihak Iran dan sekutunya. Dalam konteks politik internal Israel, keputusan ini juga dapat dipandang sebagai upaya untuk menghindari krisis politik di tengah proses pembentukan pemerintahan yang baru setelah pemilihan umum.
Menariknya, keputusan Netanyahu ini juga dinilai sebagai bentuk respons terhadap tekanan internasional, terutama dari negara-negara Barat yang khawatir akan konsekuensi serangan militer yang lebih luas di wilayah Timur Tengah. Posisi Israel sebagai sekutu strategis Amerika Serikat menjadikan setiap keputusan militer yang diambil oleh Israel sebagai perhatian utama bagi pemerintahan AS.
Namun demikian, banyak pihak yang mengkritik keputusan Netanyahu untuk membatalkan serangan balasan ke Iran. Mereka berpendapat bahwa tindakan yang terkesan tidak proaktif tersebut dapat dianggap sebagai kelemahan dan kemunduran dalam kebijakan keamanan nasional Israel. Selain itu, dampak psikologis dari pembatalan serangan balasan juga dapat mempengaruhi dinamika kekuatan antara Israel dan Iran di wilayah tersebut.