Penggunaan musik K-Pop, termasuk lagu-lagu dari BTS yang memiliki penggemar yang tak terhitung jumlahnya di seluruh dunia, sebagai respons atas balon sampah yang dikirim oleh Korea Utara menunjukkan betapa seriusnya Korea Selatan dalam menanggapi provokasi dari Korut. Musik K-Pop menjadi alat soft power yang sangat efektif bagi Korea Selatan, dan memperlihatkan dominasi budaya pop mereka yang berpengaruh di seluruh dunia.
Menambahkan musik populer dan siaran tentang kebebasan dan budaya Korea Selatan dalam perbatasan dengan Korea Utara tidak hanya memiliki tujuan untuk merespons tindakan provokatif, tetapi juga untuk memberikan alternatif informasi kepada warga Korea Utara yang selama ini terisolasi dari dunia luar. Secara tidak langsung, hal ini juga merupakan upaya dari Korea Selatan untuk menjembatani kesenjangan informasi yang ada antara kedua Korea.
Strategi propaganda ini menunjukkan bahwa Korea Selatan tidak hanya berusaha untuk membalas dengan tindakan serupa, tetapi juga ingin menggunakan media dan budaya pop untuk membuka jendela ke dunia luar bagi warga Korea Utara. Dengan demikian, musik K-Pop tidak hanya menjadi alat balas dendam, tetapi juga menjadi alat untuk memberikan informasi dan membuka pemikiran warga Korea Utara terhadap dunia luar.
Kemungkinan ini memberikan tekanan baru bagi pemerintah Korea Utara, dimana penyebaran budaya pop Korea Selatan melalui musik dan pesan propaganda yang dipancarkan dengan speaker-speaker berdaya tinggi bisa menjadi ancaman yang tidak terduga. Harapan dari Korea Selatan adalah bahwa pesan propaganda ini akan membuat warga Korea Utara menyadari bahwa ada dunia luar yang mereka tidak tahu dan bahwa mereka tidak harus hidup di dalam kegelapan informasi yang dipaksakan oleh pemerintahan mereka.