Sebelumnya, Kantor Kepresidenan Korea Selatan menyatakan keputusan ini sebagai langkah yang diambil sebagai tanggapan atas balon yang dikirim oleh Korut. Pihak Korsel menyatakan bahwa propaganda menggunakan pengeras suara ini mungkin akan sulit diterima oleh pemerintah Korut. Namun, mereka berharap pesan propaganda ini akan membawa pesan dan harapan untuk militer dan warga Korea Utara.
Propaganda menggunakan pengeras suara telah menjadi salah satu taktik Korea Selatan dalam menghadapi Korea Utara, dan taktik ini telah digunakan sejak Perang Korea pada 1950-1953. Mantan Presiden Park Geun Hye bahkan menilai bahwa propaganda ini berhasil membuat sebagian warga Korut memberontak dan membelot ke Korsel.
Penggunaan musik K-Pop, termasuk lagu-lagu dari BTS yang memiliki penggemar yang tak terhitung jumlahnya di seluruh dunia, sebagai respons atas balon sampah yang dikirim oleh Korea Utara menunjukkan betapa seriusnya Korea Selatan dalam menanggapi provokasi dari Korut. Musik K-Pop menjadi alat soft power yang sangat efektif bagi Korea Selatan, dan memperlihatkan dominasi budaya pop mereka yang berpengaruh di seluruh dunia.
Menambahkan musik populer dan siaran tentang kebebasan dan budaya Korea Selatan dalam perbatasan dengan Korea Utara tidak hanya memiliki tujuan untuk merespons tindakan provokatif, tetapi juga untuk memberikan alternatif informasi kepada warga Korea Utara yang selama ini terisolasi dari dunia luar. Secara tidak langsung, hal ini juga merupakan upaya dari Korea Selatan untuk menjembatani kesenjangan informasi yang ada antara kedua Korea.