Cara Kerja Alat Deteksi Kekerasan
Dalam penggunaannya, alat ini akan mengajukan berbagai pertanyaan untuk mengidentifikasi pola hubungan yang tidak sehat. Misalnya, apakah pasangan sering meminta kata sandi ponsel atau media sosial, terlalu mengontrol jadwal dan lokasi seseorang, menunjukkan kemarahan berlebihan, atau sering menghilang tanpa alasan.
Berdasarkan respons pengguna, alat ini akan memberikan gambaran apakah mereka berada dalam hubungan yang berisiko. Dengan adanya pemahaman yang lebih baik tentang situasi mereka, individu dapat mengambil keputusan yang lebih tepat, baik untuk mencari bantuan atau mengakhiri hubungan yang tidak sehat.
Pentingnya Deteksi Dini
Kementerian menargetkan peluncuran resmi alat ini pada Mei 2025, setelah menyelesaikan uji coba dari Februari hingga April. Ahli sosiologi dan administrasi kepolisian, Bae Sang-hoon, menekankan pentingnya deteksi dini dalam mencegah kekerasan pacaran berkembang menjadi sesuatu yang lebih serius.
Salah satu tantangan terbesar dalam kasus kekerasan dalam pacaran adalah kecenderungan korban untuk bertahan dalam hubungan tanpa menyadari tanda-tanda bahaya. Banyak dari mereka menormalisasi perilaku pasangannya, sehingga ketika situasi semakin memburuk, mereka kesulitan keluar dari hubungan tersebut.
Menurut Bae, dalam skenario terburuk, korban bahkan tidak menyadari bahwa mereka sedang mengalami kekerasan hingga nyawa mereka terancam. Oleh karena itu, alat ini diharapkan dapat berperan sebagai sistem peringatan dini, memungkinkan korban untuk mengambil tindakan sebelum kekerasan meningkat ke tingkat yang lebih berbahaya, seperti kasus pembunuhan akibat kekerasan dalam hubungan.