3. China
Menurut CSIS, China memiliki senjata rudal terbesar dan paling beragam di dunia. Sejak akhir Perang Dingin, Beijing telah dengan cepat memodernisasi kekuatan rudalnya, dengan meluncurkan rudal balistik dan jelajah yang dipandu presisi, amunisi melayang atau loitering munitions, dan senjata hipersonik.
Rudal hipersonik China menggabungkan kecepatan tinggi rudal balistik dengan kemampuan manuver dan penerbangan pada ketinggian rendah seperti rudal jelajah, sehingga menyulitkan sistem peringatan dan pertahanan yang tradisional. Meskipun mayoritas persenjataan rudal China terdiri dari rudal balistik dan rudal jelajah, namun adanya sedikit senjata hipersonik dapat menimbulkan ancaman baru yang berbeda.
Menurut Departemen Pertahanan AS, China meluncurkan senjata hipersonik pertamanya, yang disebut DF-17, pada 2020. Rudal ini, yang menggabungkan kendaraan glider hipersonik, diperkirakan memiliki jangkauan sekira 2.000 km dan mampu membawa nuklir. Senjata hipersonik lainnya pasti akan muncul, termasuk pengujian lain yang dilaporkan pada Juli 2020, di mana China menguji glider hipersonik yang masuk ke orbit sebelum jatuh kembali ke Bumi.
Berdasarkan laman South China Morning Post, pada 2024, ilmuwan China mengklaim telah menemukan cara untuk membuat rudal hipersonik dengan bagian depan dari stainless steel, yang sebelumnya dianggap mustahil. Rudal ini dirancang untuk mencapai kecepatan Mach 8, meskipun stainless steel mulai meleleh pada suhu 1.200 derajat celsius. Untuk melindungi rudal dari suhu tinggi tersebut, tim ilmuwan mengusulkan penggunaan keramik suhu ultra-tinggi.
Militer China memperkirakan lebih banyak rudal diperlukan dalam pertempuran, sehingga biaya menjadi faktor penting.
China belum mengungkapkan biaya rudal hipersoniknya, namun beberapa rudal dilaporkan sudah diproduksi secara massal untuk peluncur bergerak, kapal perang, dan pembom. China juga berusaha mengurangi biaya produk militer dengan memanfaatkan teknologi manufaktur dan skala ekonomi.