Perhatian dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) terhadap kondisi di Rafah menjadi penting dalam menyadarkan dunia akan urgensi situasi kemanusiaan di wilayah tersebut. Dengan estimasi jumlah warga yang terdampak serangan, termasuk 600 ribu anak yang rentan, WHO memainkan peran kunci dalam memantau, memberikan bantuan, dan mengoordinasikan upaya-upaya kesehatan yang diperlukan dalam situasi konflik seperti ini.
Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, juga menyoroti permasalahan terkait bahan bakar yang dapat mengancam layanan kesehatan di wilayah selatan Gaza. Ini merupakan tantangan serius yang perlu segera diatasi untuk mencegah dampak negatif yang lebih besar di sektor kesehatan.
Dalam konteks konflik bersenjata, anak-anak seringkali menjadi kelompok yang paling rentan. Mereka tidak hanya terpapar langsung pada risiko serangan fisik, namun juga terhadap dampak psikologis dari situasi konflik yang tidak stabil. Kesehatan dan keselamatan anak-anak di Rafah menjadi suatu prioritas yang harus diatasi dengan segera dan secara komprehensif.
Tidak hanya itu, akses terhadap pendidikan, air bersih, dan pangan juga menjadi perhatian utama dalam situasi darurat seperti ini. Upaya perlindungan kepada anak-anak di Rafah tidak hanya berkaitan dengan aspek kesehatan, namun juga perlindungan terhadap hak-hak fundamental mereka sebagai anak.
Dalam mengatasi krisis kemanusiaan di Rafah, kerja sama antara berbagai pihak menjadi kunci dalam memberikan bantuan yang tepat dan efektif bagi warga yang terdampak. Keterlibatan aktif komunitas internasional, lembaga kemanusiaan, dan pemerintah di seluruh dunia membuat perbedaan yang signifikan dalam menyelamatkan dan melindungi nyawa serta kesejahteraan masyarakat di Rafah.