Publik tengah dihebohkan dengan kabar viral mengenai sebuah rumah makan yang diketahui menggunakan minyak babi dalam proses memasaknya. Kasus ini memicu pro-kontra, khususnya di kalangan masyarakat Indonesia yang mayoritas menghindari konsumsi produk non-halal. Polemik ini mencuat setelah warung Ayam Goreng Widuran di Solo, Jawa Tengah, diketahui menggunakan minyak babi untuk menggoreng kremesan ayam, yang membuat rumah makan tersebut tidak halal.
Meski begitu, banyak pelanggan mengaku makanan di tempat tersebut memiliki rasa yang lebih enak dan tekstur yang lebih garing. Fenomena ini membuat publik bertanya-tanya: apa sebenarnya minyak babi itu dan kenapa rasanya bisa membuat makanan lebih lezat?
Apa Itu Minyak Babi?
Minyak babi, yang juga dikenal dengan istilah lard, merupakan lemak murni yang diekstrak dari tubuh babi, umumnya dari bagian perut, bokong, dan bahu. Proses pengolahannya membuat lemak ini meleleh menjadi minyak, lalu biasanya disimpan dalam bentuk padat berwarna putih krem. Informasi ini dikutip dari The Spruce Eats, situs kuliner yang banyak dijadikan rujukan oleh para profesional.
Dikutip dari detikFood, penggunaan minyak babi sejatinya sudah umum dalam dunia kuliner global, terutama dalam masakan Cina, Meksiko, hingga Eropa Timur. Di beberapa negara, minyak babi bahkan dianggap sebagai bahan rahasia di balik rasa masakan yang otentik dan menggugah selera.
Karakteristik Minyak Babi dalam Masakan
Yang menarik, minyak babi punya rasa netral dan tidak berbau. Namun, hal ini tergantung pada proses rendering atau pemanasan lemak babi untuk mengubahnya menjadi minyak. Pada versi olahan yang lebih bersih dan profesional, minyak babi bahkan tidak memiliki rasa sama sekali, sehingga tidak mencolok saat digunakan dalam berbagai jenis masakan.