Dalam kondisi yang sehat, tubuh manusia akan dapat memproses gula dengan baik. Namun, konsumsi gula berlebihan dapat menyebabkan masalah kesehatan, terutama pada anak dengan riwayat diabetes.
Penelitian juga menemukan bahwa persepsi orang tua terhadap konsumsi gula anak bisa memengaruhi penilaian mereka terhadap perilaku anak. Sebuah studi dilakukan pada tahun 1994 menunjukkan bahwa ibu yang diberi tahu bahwa anak-anaknya mengonsumsi gula lebih banyak, cenderung menganggap anak-anak mereka lebih hiperaktif, padahal hal ini tidak didukung oleh fakta ilmiah.
Sebaliknya, beberapa penelitian justru menunjukkan bahwa konsumsi gula secukupnya dapat membantu seseorang menjadi lebih fokus, kurang agresif, dan perilakunya lebih terkendali. Oleh karena itu, klaim bahwa gula adalah penyebab utama perilaku hiperaktif pada anak perlu dikaji lebih mendalam.
Meyerowitz-Katz bahkan lebih menyarankan orang tua untuk mengurangi konsumsi garam pada anak, daripada membatasi konsumsi gula. Namun, tetap penting untuk membatasi konsumsi makanan manis agar tidak memicu masalah kesehatan lainnya seperti obesitas.
Dalam mendidik anak, penting bagi orang tua untuk mendapatkan informasi yang akurat mengenai pola makan yang sehat dan menghindari kesalahan persepsi yang dapat mempengaruhi penilaian terhadap anak. Mempertimbangkan asupan gula bagi anak-anak merupakan langkah bijak dalam memastikan keseimbangan nutrisi dan perilaku anak.
Dari penelitian ini, kita dapat menyimpulkan bahwa konsumsi makanan manis tidak selalu memicu perilaku hiperaktif pada anak. Namun, pendekatan yang bijak dalam memberikan makanan bergizi, termasuk membatasi konsumsi gula, tetap penting untuk memastikan kesehatan dan keseimbangan emosi anak.