Tampang

Masalah Kesehatan di Kota Solok, Demam Berdarah, TBC, dan Malaria

13 Okt 2024 17:15 wib. 57Advertorial
0 0
PAFI Kota Solok
Sumber foto: Google

TBC menjadi tantangan besar bagi Kota Solok karena penyakit ini seringkali tidak segera terdeteksi. Gejala awal TBC, seperti batuk terus-menerus, penurunan berat badan, demam ringan, dan keringat malam, sering diabaikan oleh masyarakat atau disalah artikan sebagai gejala penyakit ringan. Penanganan TBC memerlukan pengobatan jangka panjang dengan kombinasi obat anti-TBC selama minimal enam bulan. Sayangnya, banyak pasien yang tidak menyelesaikan pengobatan karena berbagai alasan, yang pada akhirnya menyebabkan resistensi obat dan memperburuk situasi.

Pemerintah Kota Solok telah mengambil langkah-langkah untuk meningkatkan deteksi dini dan pengobatan TBC, termasuk melalui program DOTS (Directly Observed Treatment Short-Course), di mana pasien diawasi langsung dalam meminum obat mereka. Edukasi tentang pentingnya menyelesaikan pengobatan juga semakin digalakkan untuk mencegah munculnya resistensi obat.

Malaria

Meski kasus malaria di Kota Solok tidak sebanyak daerah-daerah lain di Indonesia yang beriklim tropis, penyakit ini tetap menjadi ancaman. Malaria disebabkan oleh parasit Plasmodium yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles. Gejala malaria meliputi demam tinggi yang datang bergelombang, menggigil, berkeringat, serta nyeri otot.

Penyakit malaria dapat berakibat fatal jika tidak segera diobati, terutama pada anak-anak dan wanita hamil. Upaya pencegahan malaria di Solok meliputi distribusi kelambu berinsektisida kepada masyarakat, penyuluhan tentang penggunaan obat anti-malaria bagi mereka yang akan bepergian ke daerah endemik, serta pengobatan bagi mereka yang telah terinfeksi.

Peran Farmasi dalam Penanggulangan Penyakit Menular

Ketiga penyakit di atas – demam berdarah, TBC, dan malaria – membutuhkan penanganan medis yang komprehensif. Dalam hal ini, peran ahli farmasi sangat penting, baik dalam penyediaan obat-obatan yang diperlukan, pengelolaan terapi pasien, maupun dalam memberikan edukasi kepada masyarakat.

Para ahli farmasi memiliki tanggung jawab untuk memastikan bahwa pasien mendapatkan obat yang tepat, dalam dosis yang benar, dan mengetahui cara penggunaannya. Misalnya, dalam pengobatan TBC, ahli farmasi memastikan bahwa pasien mematuhi regimen pengobatan dan tidak menghentikan penggunaan obat sebelum waktunya. Hal ini sangat krusial karena ketidakpatuhan dalam meminum obat dapat menyebabkan resistensi, yang akan membuat pengobatan jauh lebih sulit.

Selain itu, para ahli farmasi juga terlibat dalam upaya pencegahan, seperti menyediakan obat nyamuk, kelambu, serta memberikan informasi tentang cara mencegah gigitan nyamuk yang menyebabkan demam berdarah dan malaria. Mereka juga berperan dalam memastikan ketersediaan vaksin yang diperlukan untuk pencegahan penyakit menular tertentu.

#HOT

0 Komentar

Belum ada komentar di artikel ini, jadilah yang pertama untuk memberikan komentar.

BERITA TERKAIT

BACA BERITA LAINNYA

POLLING

Apakah Indonesia Menuju Indonesia Emas atau Cemas? Dengan program pendidikan rakyat seperti sekarang.