2. Obat Anti-Inflamasi Nonsteroid (OAINS)
Beberapa jenis OAINS, seperti ibuprofen dan naproxen, sering digunakan untuk meredakan nyeri dan peradangan. Namun, penggunaan jangka panjang dan dosis tinggi dapat meningkatkan risiko anemia aplastik.
3. Antikonvulsan
Obat antikonvulsan seperti fenitoin dan karbamazepin yang digunakan untuk mengobati epilepsi juga memiliki potensi meningkatkan risiko anemia aplastik pada beberapa individu.
4. Sulfonamida
Sulfonamida adalah jenis obat yang sering digunakan untuk mengobati infeksi bakteri. Penggunaannya dapat menyebabkan reaksi hipersensitivitas, termasuk anemia aplastik dalam beberapa kasus.
5. Kemoterapi
Beberapa jenis obat kemoterapi, terutama alkilasi, dapat mengganggu produksi sel darah dan meningkatkan risiko anemia aplastik.
6. Penyembuhan Tiroid
Obat-obatan yang digunakan untuk mengobati gangguan tiroid, seperti metimazol dan propylthiouracil, dapat memengaruhi produksi sel darah dan meningkatkan risiko anemia aplastik.
7. Antikonvulsan
Obat antikonvulsan seperti fenitoin dan karbamazepin yang digunakan untuk mengobati epilepsi juga memiliki potensi meningkatkan risiko anemia aplastik pada beberapa individu.
Pentingnya Konsultasi dengan Profesional Kesehatan
Melihat pentingnya memahami risiko anemia aplastik yang dapat ditimbulkan oleh obat-obatan tertentu, sangatlah penting untuk berkonsultasi dengan profesional kesehatan sebelum mengonsumsi obat apa pun. Dokter akan dapat memberikan informasi yang tepat terkait dengan manfaat dan risiko penggunaan obat-obatan, serta mempertimbangkan kondisi kesehatan individu sebelum memberikan rekomendasi pengobatan. Konsultasi dengan apoteker juga dapat membantu dalam memahami efek samping obat dan cara penggunaannya.