Kedua, organisasi perlu menciptakan kebijakan dan prosedur yang mendukung budaya kerja inklusif. Hal ini termasuk dalam proses rekrutmen, penilaian kinerja, dan pengembangan karir, yang perlu dilakukan tanpa diskriminasi dan didasarkan pada prinsip-prinsip keadilan. Perusahaan juga perlu mendorong partisipasi aktif dari beragam latar belakang dalam pengambilan keputusan organisasi.
Ketiga, komunikasi yang jelas dan terbuka sangat penting dalam membangun budaya kerja inklusif. Organisasi perlu menciptakan saluran komunikasi yang memungkinkan anggota tim untuk berbagi pengalaman, ide, dan masalah dengan bebas tanpa rasa takut atau ketakutan. Dengan demikian, setiap individu merasa didengar dan terlibat dalam proses pengambilan keputusan.
Keempat, organisasi perlu mendorong kolaborasi lintas tim dan lintas fungsi. Dalam budaya kerja inklusif, kolaborasi di antara anggota tim dengan latar belakang yang beragam dapat membawa variasi dalam perspektif dan solusi yang lebih inovatif. Hal ini memungkinkan organisasi untuk berkembang melalui pemikiran kreatif dan solusi yang lebih efektif.