Kisah ini dimulai di suatu tempat yang tidak terlalu mencolok, di sebuah kamar sampah di pinggiran kota. Di tempat yang dipenuhi dengan bau yang tidak sedap dan tumpukan sampah, terdapat sebuah komunitas tikus yang hidup dengan rapi di antara sisa-sisa manusia. Mereka saling mengenal, mengetahui rahasia masing-masing lorong dan lubang tempat mereka dapat berlindung dari bahaya.
Namun, di tengah kehidupan mereka yang teratur dan terkendali, ada satu kehadiran yang selalu mereka waspadai: seekor kucing kampung berbulu hitam dan putih yang mereka juluki 'Si Tua Garang'. Kucing ini sudah menjadi momok bagi semua tikus di kamar sampah itu. Dia sering kali duduk dengan anggun di tengah-tengah lorong, memandang dengan mata tajam yang mengintai setiap gerak tikus yang berani melintas di hadapannya.
Tetapi, ada sesuatu yang berbeda dengan kisah kucing ini. Meskipun terkenal akan reputasinya yang menakutkan, Si Tua Garang memiliki sisi lain yang jarang terlihat oleh para penghuni kamar sampah. Di balik keangkerannya sebagai pemburu tikus, kucing ini memiliki kegemaran yang cukup tidak biasa: dia gemar berbicara dengan tikus-tikus itu.
Mulanya, tikus-tikus itu tidak percaya. Bagaimana mungkin kucing yang selama ini dianggap sebagai musuh bebuyutan mereka bisa berkomunikasi dengan mereka? Namun, setiap kali Si Tua Garang melewatkan kesempatan untuk menangkap seekor tikus, dia malah mengajukan pertanyaan yang agak aneh kepada mereka.