Namun, yang paling menarik dari hasil studi ini adalah pesan mendalam bahwa status pernikahan bukan satu-satunya faktor penentu kesehatan kognitif seseorang. Kualitas hubungan, dukungan emosional, dan kepuasan pribadi tampaknya memainkan peran yang jauh lebih besar dalam menjaga otak tetap sehat di usia lanjut.
Apa yang Bisa Dipelajari?
Temuan ini memberikan pelajaran penting bagi masyarakat luas dan praktisi kesehatan: pendekatan terhadap pencegahan demensia tidak bisa hanya dilihat dari status hubungan seseorang. Penting untuk juga mempertimbangkan aspek psikologis dan sosial yang lebih dalam, seperti perasaan bahagia dalam hidup, kualitas interaksi sosial, serta bagaimana seseorang merespons stres dan perubahan hidup.
Untuk mereka yang belum menikah atau yang pernah mengalami perceraian, hasil studi ini bisa menjadi pengingat bahwa bukan status pernikahan yang menentukan kualitas hidup dan kesehatan otak, melainkan bagaimana seseorang membangun rutinitas yang sehat, menjaga koneksi sosial, dan menemukan makna dalam hidup sehari-hari.
Sebaliknya, bagi mereka yang menikah, hasil ini bukan berarti pernikahan berdampak buruk bagi otak. Namun, penting untuk memastikan bahwa hubungan pernikahan tersebut membawa kenyamanan, komunikasi yang sehat, dan dukungan emosional yang kuat.