Kota ini terkenal dengan Pasar Klewer yang legendaris, di mana kita bisa menemukan kain batik berkualitas dengan harga terjangkau. Masyarakat Solo dikenal sangat sopan dan menjunjung tinggi nilai-nilai kekeluargaan. Ini menciptakan lingkungan sosial yang hangat dan suportif. Biaya hidup di Solo bahkan lebih murah daripada Yogyakarta, memungkinkan seseorang untuk lebih leluasa mengalokasikan dana untuk hobi atau sekadar menikmati hidup.
Di Solo, kita bisa menikmati kuliner khas yang lezat, seperti nasi liwet atau tengkleng, tanpa harus mengantre panjang. Jalanan tidak terlalu padat, dan kita bisa menikmati waktu dengan berjalan kaki atau naik becak. Suasana yang tenang ini sangat kondusif untuk mereka yang ingin fokus pada diri sendiri, mengembangkan hobi, atau sekadar mengurangi stres dari rutinitas kerja yang padat.
Ubud, Bali: Harmoni Alam dan Spiritual
Ubud sudah lama dikenal sebagai pusat seni dan budaya Bali, serta destinasi yang ideal untuk mereka yang mencari ketenangan batin. Berbeda dengan Kuta atau Seminyak yang ramai, Ubud menawarkan suasana yang jauh lebih tenang, dikelilingi oleh hamparan sawah hijau, lembah sungai yang sejuk, dan hutan lebat.
Slow living di Ubud terasa alami karena sudah menjadi bagian dari identitas tempat ini. Kehidupan sehari-hari di sini dipengaruhi oleh spiritualitas Hindu Bali. Praktik meditasi, yoga, dan berbagai ritual adat menjadi hal yang lumrah. Wisatawan atau ekspatriat yang tinggal di sini sering kali menemukan diri mereka lebih terhubung dengan alam dan spiritualitas.
Ubud punya banyak kafe sehat, studio yoga, dan retret yang mendukung gaya hidup sadar. Banyak juga pasar tradisional yang menjual produk-produk organik. Suara gamelan yang terdengar dari pura, aroma dupa, dan pemandangan hijau yang tak berujung menciptakan lingkungan yang sempurna untuk menenangkan pikiran dan jiwa. Meskipun biaya hidup di Ubud bisa lebih mahal daripada kota-kota di Jawa, ketenangan dan lingkungan yang mendukung kesehatan mental membuat investasi ini terasa sepadan.