Dari sisi medis dan ilmiah, penggunaan air dinyatakan lebih higienis dibandingkan hanya menggunakan tisu. Air mampu menghilangkan kuman dan bakteri secara lebih menyeluruh. Beberapa penelitian bahkan menyebutkan bahwa penggunaan tisu secara terus-menerus dapat menyebabkan iritasi, terutama pada area kulit yang sensitif.
Namun, meskipun air terbukti lebih bersih dan efektif, budaya dan kebiasaan yang mengakar dalam masyarakat Barat membuat penggunaan tisu sulit tergantikan. Tisu telah menjadi bagian dari gaya hidup, tertanam dalam pendidikan, keluarga, hingga standar fasilitas umum mereka.
Menariknya, saat ini mulai ada perubahan. Seiring dengan meningkatnya kesadaran akan kebersihan dan dampak lingkungan dari limbah tisu, beberapa masyarakat Barat mulai terbuka terhadap alternatif seperti bidet atau semprotan air. Bahkan, beberapa hotel dan rumah mewah di negara Barat mulai memasang toilet dengan semprotan otomatis seperti yang lazim ditemukan di Asia.
Pada akhirnya, kebiasaan cebok—apakah menggunakan air atau tisu—lebih dari sekadar pilihan praktis. Ia merupakan cerminan dari sejarah, lingkungan, dan nilai budaya yang dibawa oleh masyarakatnya. Dan meskipun teknologi serta pengetahuan telah menunjukkan bahwa air lebih bersih, transisi dari tisu ke air tidak semudah membalikkan telapak tangan. Butuh waktu, edukasi, dan tentu saja, perubahan cara pandang.
Jadi, kini Anda tahu mengapa orang bule lebih suka cebok pakai tisu: bukan karena tidak tahu cara yang lebih bersih, tetapi karena sejarah, budaya, dan iklim telah membentuk kebiasaan itu selama berabad-abad.