Alih-alih mengatakan, “Ayo dong, jangan gitu terus!” yang bisa menambah tekanan, coba tawarkan dukungan seperti, “Aku ada di sini kalau kamu butuh ditemani.”
Amati Bahasa Tubuh dan Ekspresi Wajah
Menjadi pendengar yang baik berarti lebih dari sekedar mendengar dengan telinga. Ekspresi wajah, bahasa tubuh, dan nada suara sering kali bisa menyampaikan lebih banyak daripada kata-kata.
Jangan Keras pada Diri Sendiri
Toxic positivity juga dapat muncul dalam diri kita sendiri. Saat kita merasa tertekan, kita mungkin memaksa diri untuk tetap ceria. Ingat, “Kamu boleh merasa sedih. Kamu boleh merasa lelah. Itu manusiawi,” kata Dr. Riana. Mengizinkan diri merasakan emosi negatif adalah langkah penting dalam proses penyembuhan.
Hadir, Dengar, dan Pahami
Menjadi pendengar yang baik tak berarti harus sempurna. Yang penting adalah kita hadir sepenuhnya, tidak menghakimi, dan memberi ruang aman bagi orang lain untuk menjadi dirinya sendiri. Sering kali, yang lebih dibutuhkan bukan kalimat penyemangat, melainkan seseorang yang mau duduk diam, mendengar dengan hati, dan berkata, “Aku di sini, kamu nggak sendirian.”
Dengan memahami dan menghindari toxic positivity, kita bisa menciptakan hubungan yang lebih mendalam dan saling mendukung.