Perdagangan Data dan Pasar yang Gelap
Tingginya nilai data pribadi tidak hanya menarik bagi perusahaan teknologi raksasa. Ada juga pasar gelap data yang berkembang pesat. Data yang dikumpulkan dari berbagai sumber, baik legal maupun ilegal (seperti peretasan data), diperjualbelikan secara masif. Pembeli bisa jadi pihak yang ingin melakukan penipuan, spam, atau bahkan manipulasi politik. Informasi sensitif seperti nomor kartu kredit, alamat rumah, atau data kesehatan bisa dijual dengan harga tinggi, membuka pintu bagi berbagai bentuk kejahatan siber.
Bagi pihak-pihak yang terlibat, data adalah aset yang bisa diuangkan. Semakin rinci dan sensitif data yang mereka miliki, semakin mahal harganya. Ini menciptakan sebuah ekosistem yang menempatkan data pribadi sebagai objek transaksi, mirip dengan komoditas fisik seperti emas atau minyak. Ironisnya, pemilik asli data, yaitu kita, seringkali tidak mendapatkan keuntungan apa pun dan bahkan tidak menyadari bahwa data mereka telah diperjualbelikan.
Kepercayaan dan Privasi yang Terkikis
Komodifikasi data pribadi ini memunculkan tantangan etis yang signifikan. Ketika perusahaan mengumpulkan data kita, kita seringkali tidak tahu secara pasti bagaimana data itu digunakan. Meskipun banyak layanan gratis, kita sebenarnya "membayar" dengan data pribadi kita. Persetujuan yang diberikan seringkali terlalu panjang dan rumit untuk dibaca, sehingga kita secara tidak sadar menyetujui penggunaan data yang mungkin tidak kita inginkan.