Pernah merasa ucapan atau tindakan kecil dari orang lain langsung menusuk hati? Rasanya seperti kulit tipis yang gampang lecet, padahal mungkin maksudnya tidak seburuk itu. Kondisi mudah tersinggung ini umum terjadi pada banyak orang dan bisa mengganggu hubungan sosial serta kesejahteraan emosional. Ini bukan sekadar sifat bawaan, melainkan hasil dari berbagai faktor yang saling berkaitan, mulai dari pengalaman pribadi hingga kondisi mental saat itu. Memahami akar masalahnya bisa jadi langkah awal untuk mengelola emosi dan bereaksi lebih bijak.
Perasaan Harga Diri yang Rapuh
Salah satu alasan paling umum seseorang mudah tersinggung adalah perasaan harga diri yang rapuh atau rendah. Saat seseorang merasa tidak aman dengan dirinya sendiri, komentar atau kritik sekecil apa pun, bahkan yang bermaksud membangun, bisa terasa seperti serangan langsung terhadap nilai diri. Pikiran cenderung langsung menerjemahkan ucapan netral menjadi konfirmasi atas ketidaksempurnaan atau kelemahan yang sudah ia rasakan.
Misalnya, jika seseorang merasa dirinya kurang pintar, lalu ada komentar tentang "kesalahan kecil" dalam pekerjaan, ia mungkin langsung menganggap itu sebagai bukti kegagalan diri, padahal mungkin konteksnya hanya koreksi biasa. Otak akan otomatis mencari validasi atas keraguan diri yang sudah ada, membuat mudah bereaksi negatif terhadap umpan balik yang tidak sempurna. Membangun harga diri yang lebih kokoh adalah kunci untuk tidak mudah goyah oleh pandangan eksternal.
Pengalaman Buruk di Masa Lalu
Luka lama dari pengalaman negatif, terutama yang melibatkan penolakan, kritik berlebihan, atau pengkhianatan, juga bisa menjadi pemicu seseorang mudah tersinggung. Otak kita punya memori emosional. Jika seseorang pernah dikecewakan atau dilukai di masa lalu, respons fight-or-flight bisa aktif kembali saat menghadapi situasi yang mirip, meskipun tidak identik.