Malam hari seringkali terasa seperti saat terakhir untuk "memikirkan semuanya" sebelum hari baru dimulai. Ada dorongan untuk meninjau kembali apa yang terjadi dan merencanakan apa yang akan datang, seolah-olah dengan berpikir keras, masalah akan otomatis terselesaikan. Padahal, seringkali yang terjadi justru sebaliknya, yaitu memicu kecemasan yang malah menghambat tidur. Pikiran tentang hal-hal yang tidak bisa dikontrol pada saat itu juga seringkali menjadi biang keladi overthinking.
Pengaruh Gaya Hidup dan Kebiasaan Tidur
Gaya hidup modern juga berperan besar dalam fenomena overthinking ini. Penggunaan gadget dan paparan layar biru sebelum tidur bisa mengganggu produksi melatonin, hormon tidur, sehingga tubuh dan pikiran sulit untuk rileks. Otak tetap terjaga dan aktif memproses informasi yang baru saja dilihat atau dibaca.
Selain itu, kurangnya waktu untuk merenung di siang hari juga bisa jadi pemicu. Jika kita terlalu sibuk dan tidak punya waktu hening untuk memproses emosi atau pikiran sepanjang hari, semua itu akan menumpuk dan "meledak" saat kita mencoba tidur. Kebiasaan menunda masalah atau tidak menghadapi emosi negatif di siang hari membuat pikiran ini muncul kembali di malam hari, mencari perhatian. Pola makan, asupan kafein, dan kurangnya aktivitas fisik juga bisa memengaruhi kualitas tidur dan membuat pikiran lebih rentan terhadap overthinking.
Mencari Jalan Keluar dari Lingkaran Pikiran
Mengatasi overthinking sebelum tidur memang membutuhkan strategi. Salah satu cara yang bisa dicoba adalah membuat rutinitas tidur yang menenangkan. Hindari penggunaan layar setidaknya satu jam sebelum tidur. Coba ganti dengan membaca buku fisik, mendengarkan musik menenangkan, atau melakukan meditasi ringan.