Industri fashion global, yang nilai pasarnya mencapai triliunan dolar, sering dituding sebagai salah satu penyumbang polusi terbesar di dunia. Tuduhan ini tidak muncul tanpa alasan. Mulai dari produksi bahan baku hingga sampah pakaian yang menggunung, jejak kerusakan lingkungan yang ditinggalkan oleh industri ini terbentang dari hulu ke hilir. Memahami mengapa fashion menjadi masalah lingkungan yang serius adalah langkah pertama untuk mendorong perubahan.
Eksploitasi Sumber Daya dan Pencemaran Air
Proses produksi pakaian dimulai dari bahan baku, dan di sinilah masalah besar dimulai. Produksi kapas, salah satu bahan paling umum, sangat haus air. Untuk menghasilkan satu kaus katun saja, dibutuhkan ribuan liter air. Angka ini setara dengan konsumsi air minum seseorang selama hampir tiga tahun. Selain itu, budidaya kapas sering menggunakan pestisida dan pupuk kimia dalam jumlah besar, yang kemudian mencemari tanah dan sumber air di sekitarnya.
Tidak hanya kapas, produksi serat sintetis seperti poliester juga memiliki masalahnya sendiri. Poliester terbuat dari minyak bumi, sumber daya tak terbarukan yang penambangannya merusak lingkungan. Proses produksinya juga melepaskan emisi gas rumah kaca yang berkontribusi pada perubahan iklim.
Namun, polusi terbesar dari industri fashion seringkali berasal dari pencemaran air. Proses pencelupan dan pewarnaan tekstil menggunakan bahan kimia beracun dalam jumlah besar. Seringkali, limbah cair dari pabrik-pabrik ini dibuang langsung ke sungai tanpa pengolahan yang memadai. Limbah ini mengandung zat-zat berbahaya seperti merkuri, timbal, dan arsenik yang bisa membunuh kehidupan air dan mencemari sumber air minum bagi masyarakat di sekitarnya.