Ariel Barrionuevo, Managing Director La Coralina Island House di Panama, juga menyebutkan bahwa di tempat-tempat mewah, muncul di area umum seperti ruang santai dengan piyama atau tanpa alas kaki bisa dianggap tidak menghormati tamu lain. Namun, bukan berarti semua perilaku tersebut disikapi secara kaku. Fleksibilitas dengan tetap menjaga norma sosial adalah kunci.
Suara dari Berbagai Pelaku Industri
Manajer umum Kilkea Castle di Irlandia, Aidan O'Sullivan, menjelaskan bahwa di propertinya, tamu diharapkan memakai sepatu dan kemeja saat makan di restoran. Meski demikian, aturan ini tidak diterapkan secara ekstrem—kebanyakan tamu sudah memahami etika dasar berpakaian di ruang publik.
Bahkan untuk area lapangan golf, hotel ini menetapkan standar lebih ketat, seperti melarang penggunaan pakaian olahraga dan kemeja tanpa kerah. Hal ini bukan sekadar menjaga estetika, tapi juga menciptakan suasana yang setara dan saling menghormati antar pengguna fasilitas.
Namun, tidak semua pelaku industri memiliki pendekatan konservatif. Sam Jagger, Managing Director The Maybourne Beverly Hills, justru mengadopsi pendekatan modern. Hotelnya menyambut tamu dari berbagai kalangan dengan segala ekspresi individualitas mereka—baik itu anak-anak di kolam renang, piyama saat sarapan, atau hewan peliharaan di tempat tidur.
Menurutnya, yang lebih penting adalah rasa hormat terhadap sesama tamu, bukan seberapa formal penampilan seseorang.
Etika Modern dan Tantangan Baru
Mary D'Argenis-Fernandez dari MDA Hospitality Solutions menilai bahwa standar berpakaian ketat sudah mulai ditinggalkan. Namun, perilaku agresif dan kemarahan yang diarahkan pada staf atau sesama tamu menjadi masalah yang lebih memprihatinkan.
Ia menyebutkan bahwa staf hotel sering kali harus meredakan situasi tegang secara halus, misalnya dengan memindahkan konflik ke area privat agar tidak mengganggu kenyamanan umum.