Selama berada dalam kandungan, bayi masih dikelilingi oleh cairan ketuban. Suara dari luar masih teredam dan belum terlalu jelas bagi bayi. Baru sekitar minggu ke-23, bayi mulai dapat mendengar detak jantung ibu dan suara-suara lainnya, termasuk suara sistem pencernaan saat ibu merasa lapar. Selain itu, bayi juga akan mulai mendengarkan dan bereaksi terhadap suara di luar rahim, termasuk musik dan suara orang tuanya.
Setelah lahir, bayi akan lebih peka terhadap suara di sekitarnya. Mereka akan senang mendengar suara orang tua, terutama suara ibu. Oleh karena itu, orang tua dianjurkan untuk mulai mengajak bicara, bernyanyi, dan membacakan buku kepada bayi sejak lahir. Memasuki usia sekitar 2 bulan, bayi juga akan mulai memberikan respons terhadap nada suara yang lebih tinggi. Hal tersebut membuktikan bahwa interaksi suara antara bayi dan lingkungan sekitarnya memengaruhi perkembangan pendengaran bayi.
Di usia 3 bulan, bagian otak bayi yang berfungsi dalam proses pendengaran, bahasa, dan penciuman akan bekerja dengan lebih reseptif dan aktif. Hal ini disebut juga dengan lobus temporal. Pada usia 6 bulan, bayi akan semakin responsif terhadap suara di sekitarnya, meskipun dalam tanggapan yang masih cukup terbatas.