Peneliti lalu mengukur apakah seseorang mengalami mood depresi yang cukup serius sehingga mempengaruhi kehidupan sehari-hari mereka selama lebih dari dua minggu.
Mereka menanyai para partisipan soal pernah atau tidaknya terdorong melakukan bunuh diri setidaknya satu kali dalam setahun terakhir.
Sebanyak 13,6 persen pekerja kontak mengaku mengalaminya, dibandingkan karyawan tetap dengan prevalensi 8 persen.
"Bukan hanya prevalensi, tapi tingkat risiko depresi 1,32 kali lebih tinggi untuk pekerja tidak tetap daripada pekerja reguler. Jika terjadi dorongan bunuh diri, itu lebih umum terjadi pada pekerja kontrak pria yang berpenghasilan rendah," ujar Byoung-ju kepada Yonhap.