Mainan Pop Mart tengah menjadi fenomena global. Boneka-boneka mungil seperti Labubu dan Molly, yang dulunya sekadar koleksi lucu, kini berubah menjadi komoditas bernilai tinggi di pasar sekunder. Namun, ledakan popularitas ini juga memicu aksi penyelundupan yang kian marak. Otoritas bea cukai China pun akhirnya turun tangan, menggagalkan berbagai upaya penyelundupan mainan dari luar negeri yang bernilai fantastis.
Menurut laporan China Daily, petugas bea cukai di beberapa bandara di China menyita ratusan mainan Pop Mart yang tidak dideklarasikan dari penumpang. Mainan-mainan tersebut diduga akan dijual kembali secara ilegal, mengingat lonjakan harga dan permintaan yang luar biasa tinggi di pasar domestik.
Disita Ratusan Boneka dari Penumpang
Salah satu kasus terbesar terjadi di Bandara Internasional Changsha Huanghua, Provinsi Hunan. Sebanyak 318 boneka Pop Mart ditemukan dalam koper tiga penumpang. Sementara itu, di Bandara Internasional Hefei Xinqiao di Provinsi Anhui, seorang penumpang kedapatan membawa 94 boneka yang akan dijual kembali.
Tindakan ini bukan tanpa alasan. Harga mainan Pop Mart di luar negeri kerap lebih murah karena faktor nilai tukar mata uang dan diskon lokal. Hal ini membuat banyak pelancong tergiur untuk membeli dalam jumlah banyak dan menjualnya kembali di China untuk meraup untung besar.
Lonjakan Harga Pop Mart: Dari Rp220 Ribu Jadi Rp4,5 Juta
Pop Mart, perusahaan mainan asal Beijing yang didirikan pada 2010, kini memiliki lebih dari 500 toko yang tersebar di 30 negara dan wilayah. Produk-produknya, terutama yang edisi terbatas, menjadi buruan kolektor dan pelaku bisnis.